Legenda Putri Tan Hong Tien Nio
Putri Tan Hong Tien Nio, Istri Sunan Gunung Jati. Putri Lie Ong Tien atau Putri Tan Hong Tien Nio merupakan putri dari salah satu kaisar dari Dinasti Ming . Kisah Cinta Putri Ong Tien telah melegenda sehingga masuk dalam lingkaran keluarga kesultanan Cirebon dan menjadi bagian penyebaran Islam di Jawa Barat.
Sebelum Dinasti Ming berdiri, banyak pejabat tinggi muslim asal Arab dan Asia Tengah yang duduk di pemerintahan Dinasti Yuan, antara lain Sai-Dian-Chi /Sayidina Syamsuddin (1211-1279) gubernur provinsi Yunnan pertama dalam sejarah, yang ditunjuk oleh kaisar Kubilai Khan, Dinasti Yuan.
Saat itu banyak muslim asal Arab dan Asia Tengah yang tertawan dan dibawa ke Cina oleh pasukan Mongol. Kemudian Anak-cucu Jenghis Khan memerintah Cina dan mendirikan Dinasti Yuan (Guan). Pada zaman Dinasti Yuan, Orang-orang Muslim dari Asia Tengah ini menduduki posisi dan jabatan penting dalam pemerintahan.
Beijing Dongsi masjid
Beijing Dongsi masjid di bangun antara pada masa Dinasti Yuan atau Dinasti Ming
Kemudian bangsa Han berkoalisi dengan orang muslim melakukan pemberontakan terhadap Dinasti Yuan lalu mendirikan Dinasti Ming dengan mengangkat Zhu Yuanzhang sebagai Kaisar pertama. Zhu Yuanzhang (1328-1398) bukanlah seorang bangsawan. ia berasal dari kalangan rakyat biasa.
Di masa Dinasti Ming ini, Laksamana Cheng ho yang merupakan keturunan ke-6 dari Sai-Dian-Chi/ Sayidina Syamsuddin di angkat menjadi Komandan Armada laut, Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa “Cakra Donya” kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.
Laksamana Cheng ho membawa beberapa orang muslim lainnya dalam pelayarannya, di antaranya: Ma Huan dan Guo Chongli, yang pandai berbahasa Arab dan Persia, Cheng ho memainkan peranan penting dalam mempererat hubungan antara Tiongkok dengan negara-negara Asia-Afrika. Termasuk jawa, Sumatera dan Bali.
Tahun 1407, Armada Laut Laksama Cheng Ho merebut Palembang lalu di wilayah ini di bentuk komunitas Tiong Hoa Muslim pertama di wilayah Sumatera. kemudian Tahun 1413, Cheng Ho menempatkan Bong Tak Keng di Champa dan Gang Eng Cu di Manila, Filiphina, untuk memimpin Komunitas Muslim Tionghoa.
Pada tahun 1415, Armada Laut Kaisar Yongle melakukan perjalanan Diplomasi ke Majapahit, di antara yang ikut rombongan Pelayaran Laksamana Cheng Ho kali ini adalah Syekh Quro dan Syekh Datuk Kahfi.
Dalam pelayaran menuju Majapahit, Armada Cheng Ho singgah di Pura, Karawang. Ketika berlabuh di Pura Karawang ini Syekh Quro dan putranya yang bernama Syekh Bentong alias Tan Go Wat turun dan menetap di karawang. sedangkan Syekh Datuk Kahfi menetap di Cirebon. Kedua tokoh ini yang mengajarkan Islam pertama kali di Jawa Barat.
Kisah Putri Ong Tien bermula dari kunjungan Syarif Hidayatullah ke negeri Tiongkok Pada tahun 1471. Kunjungan nya ke Negeri Tiongkok ini terjadi berkat hubungan Diplomasi yang sudah di bangun oleh Laksamana Cheng Ho. dan Penguasa Caruban sebelum berdirinya kesultanan Cirebon,
Selain itu Kunjungan Syarif Hidayatullah ke negeri Tiongkok merupakan upaya memper erat hubungan muslim Cirebon dengan komunitas muslim di Guangzhou keturunan Saad bin Abi Waqqash dan tiga sahabatnya dan Komunitas muslim Suku Hui di Yunnan.
Masjid Huaisheng
Masjid Huaisheng adalah salah satu masjid yang tertua di dunia, diyakini telah dibangun oleh Paman Nabi Sa`ad bin Abi Waqqas sekitar 650 M
Di Tiongkok Syarif menetap sementara lama di salah satu ibu kota Negara bagian yang bertetangga dengan Ibu kota Peking (Beijing sekarang) . Di Guangzhou Islam sudah mulai berkembang dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqash saat berkunjung untuk pertama kalinya ke China pada tahun 616 M.
Pada tahun 650 M, Saad bin Abi Waqqash kembali berkunjung ke China untuk kedua kalinya, dengan berlayar melalui Samudera Hindia ke Laut China menuju pelabuhan laut di Guangzhou, kemudian paman nabi ini menetap di Guangzhou dan mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di China.
Masjid Guangzhou Xianxia
Masjid Guangzhou Xianxian dibangun pada Dinasti Tang
Guangzhou terletak di daerah bagian selatan Tiongkok, dijuluki sebagai “gerbang selatan Tiongkok”, orang Islam di Tiongkok di sebut sebagai orang Saracen, sedangkan Islam di sebut sebagai Yisilan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu ( Kota Kelahiran Utusan Tuhan).
Di kota Guangzhou inilah Syarif Hidayatullah menetap, satu-satunya tempat komunitas muslim Tionghoa yang telah membangun Masjid Huaisheng bersama Saad bin Abi Waqqash delegasi Khalifah Usman bin Affan (644-656M)yang membawa hadiah dan diterima dengan baik oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683)
Selang beberapa lama Di kota Guangzhou, Sunan Gunung Jati dapat kehormatan menghadap Kaisar Hong Gie, Putra Mahkota Kaisar Yung Lo dari Dinasti Ming. Di istana Kaisar Hong Gie, Syarif Hidayatullah bertemu dengan Putri Ong Tien .
Pertemuan pertama ini membuat putra Syekh Jamaluddin Akbar ini akrab dengan Putri Kaisar Hong Gie. Keakraban yang berlangsung lama, memberikan mereka perasaan yang berbeda. Cinta lalu tumbuh bersemi namun hubungan asmara ini tidak di restui Kaisar Hong Gie.
Untuk mencegah hubungan ini berlanjut ke jenjang pernikahan, Kaisar Hong Gie mendeportasi Syarif Hidayatullah ke luar dari negeri Tiongkok, Lalu Pendiri kesultanan Cirebon ini menetap di salah satu tempat di kota kelahiran Laksamana Cheng Ho, di Yunnan.
Yunnan adalah sebuah provinsi tempat tinggal suku-suku minoritas Tiongkok, Etnis minoritas Tionghoa pemeluk agama Islam, seperti Bangsa Hui terkonsentrasi dan berdomisili di Yunnan,
Suku Hui sendiri adalah hasil asimilasi dan merupakan keturunan dari suku Han dengan bangsa Persia dan Arab sejak zaman Dinasti Tang. Sekitar abad ke-7,
Para pedagang Persia dan Arab yang datang melalui Jalan Sutra, biasanya menetap di Chang’an dan sekitarnya, Sedangkan yang datang melalui jalan laut menetap di daerah Quanzhou dan Zhangzhou di pesisir Fujian.
Para penduduk Muslim pendatang tersebut akhirnya berhasil mengasimilasikan diri dengan bangsa Han dan mengadaptasi adat istiadat dan kebudayaan setempat. Mereka inilah yang kemudian menurunkan suku Hui.
Ketika berbagai pemberontakan terhadap kekuasaan Dinasti Yuan meletus, banyak di antara orang-orang yang berperan penting di dalam pemberontakan merupakan orang-orang Islam. Puncak perlawanan kepada Dinasti Yuan terjadi di tahun 1368, saat jatuhnya kekuasaan Dinasti Yuan.
Setelah menetap tidak begitu lama bersama komunitas muslim di Yunan kemudian Syarif Hidayatullah, kembali ke Cirebon.
Menurut Legenda, Kaisar mengundang Syech Syarief Hidayatullah datang ke istana. Ulama kelahiran mesir itu diminta untuk menebak apakah Putri Tan Hong Tien Nio hamil atau tidak. padahal perut sang putri sengaja diisi tempat beras agar kelihatan hamil.
Sebelumnya, Kaisar menyuruh Putri Tan Hong Tien Nio, mengganjal perutnya dengan baskom, sehingga tampak seperti hamil, kemudian duduk berdampingan dengan saudarinya yang memang sedang hamil tiga bulan. Syarif Hidayatullah menunjuk Putri Tan Hong Tien Nio.
Dengan menunjuk Putri Lie Ong yang hamil tebakan Syech di nyatakan salah. Syech Syarief ditertawakan oleh para pembesar kerajaan Tiongkok. sebab kehamilannya itu sengaja di rekayasa oleh Istana dengan melilitkan bokor di perutnya untuk mengujinya. Namun, ternyata secara ajaib Putri Tan Hong Tien Nio benar-benar hamil, sedangkan kandungan saudarinya justru lenyap.
Kembali kepada kisah Cinta Putri Tan Hong Tien Nio pada Ulama kebangsaan Mesir yang bergelar Maulana Isnanul Kamil ini,
Semula Kaisar tidak merestui putrinya menikah dengan orang asing namun kemudian Putri Ong Tien direstui oleh Kaisar Hong Gie, dengan restu Kaisar, sang putri beserta rombongan kerajaan menyusul Syarif Hidayatullah.
Putri Tan Hong Tien Nio berlayar menempuh perjalanan laut melintasi Laut Cina Selatan dan Laut Jawa dengan menumpangi kapal layar kerajaan China menuju Cirebon,.
Kaisar Hong Gie mengutus tiga orang pembesar kerajaan untuk menemani perjalanan putrinya. Tiga orang tersebut adalah Pai Li Bang, Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai Li Bang adalah seorang menteri kerajaan DInasty Ming dan sekaligus murid Syarif Hidayatullah.
Dalam pelayaran, rombongan Putri Ong Tien dan Pai Li Bang singgah di Kadipaten Sriwijaya. Penduduk Sriwijaya, Komunitas muslim Tionghoa yang sebelumnya di bentuk oleh Cheng Ho mengangkat Pai Li Bang, untuk menjabat sebagai Adipati Sriwijaya pengganti Adipati Arya Damar. Karena AryaDamar alias Swan Liong (Naga Berlian) telah meninggal.
Setelah penobatan Adipati Pai Li Bang itu Kadipaten Sriwijaya di kenal dengan nama Kadipaten Pai Li Bang. Dalam perkembangannya lama kelamaan pengucapan nama Kadipaten Pai Li Bang berubah menjadi Kadipaten Palembang.
Dalam kisah pencariani Putri Lie Ong Tien sempat pula masuk pelabuhan Cimanuk Indramayu. hingga masuk ke pelabuhan Blanakan untuk membeli bahan makanan, sebelum akhirnya kapal layar sang putri merapat di pelabuhan Cirebon
Saat mendarat di Cirebon, rombongan kerajaan pengiring Putri Lie Ong Tien membawa serta berbagai barang berharga dari kerajaan Tiongkok. Kong-kong, piring-piring panjang, keramik, guci, tembikar, pakaian sutra, permata, piring dan perhiasan emas.
Putri Ong Tien , yang hatinya telah diliputi perasaan cinta langsung berlari kegirangan dan tanpa di sadari olehnya, kalung yang dipakainya tersangkut dahan hingga terjatuh diantara timbunan pasir laut di daerah pesisir Pasir Ipis, daerah Ciledug.
Menurut Legenda, kalung yang dipakai Putri Tan Hong Tien Nio ini berbentuk rantai tipis yang terbuat dari emas putih dengan dihiasi berlian ungu dan ditengahnya terdapat batu mulia besar yang sangat indah dipandang mata.
Batu mulia besar indah yang dipakai Putri Tan Hong Tien Nio merupakan batu mata kucing hijau dengan serabut urat air yang sangat lembut. Batu itu adalah Batu kemilau dengan struktur seberat 39 crat, berwarna hijau crystal dan bercahaya emas memanjang menjadikan batu ini terindah di dunia sampai saat ini.
Pernikahan antara Putri Tan Hong Tien Nio dengan Syarif Hidayatullah terjadi pada tahun 1481, Setelah pernikan ini Putri Kaisar Hong Gie mendapat gelar Rara Sumanding dan menjadi seorang muslim. tak lama kemudian pada tahun 1485 Putri Tan Hong Tien Nio meninggal dunia.
Keberadaan Putri Ong Tien ini bisa dibuktikan dengan adanya makam bergaya China yang ada di dekat makam Sunan Gunung Jati di Cirebon. Namun, Keberadaan Putri Tan Hong Tien Nio (1481-1485) sebagai putri Kaisar Hong Gie tidak tercatat dalam sejarah resmi Dinasti Ming.
Catatan sejarah mengenai Putri Tan Hong Tien Nio cukup minim. Apalagi dari sumber China belum di temukan catatan tentang Putri Tan Hong Tien Nio. Mungkin Kaisar Hong Gie yang di maksud dalam legenda Nusantara ini adalah Kaisar Chenghua (成化, 1447-1487) atau Kaisar Hongzhi (1487 -1505)
Sebelumnya, periode ke 3 Dinasty Ming di Perintah oleh Kaisar Yongle tahun 1402-1424. Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle, Ada catatan bahwa Kaisar Yongle membangun dua masjid di Nanjing dan di Xi’an dan kedua masjid ini masih berdiri kokoh sampai saat ini.
Masjid Huashi dibangun pada tahun 1415 pada masa pemerintahan Kaisar Yongle dari Dinasti Ming
Selain itu Kaisar Yongle juga yang mensponsori dan membiayai besar-besaran Ekspedisi Laksaman Cheng Ho. untuk memenuhi ambisi kekuasaannya memperluas pengaruh Dinasti Ming di seluruh dunia.
Tapi di sini ada yang aneh, Kenapa Dinasty Ming dengan ekspsedisi Laksaman Cheng Ho ini malah menyebarkan agama Islam..?
Dalam tradisi Imprealisme, biasanya Pemimpin yang berkuasa cendrung akan memasukkan ideologi atau agamanya ke negeri-negeri yang di kuasainya,
Kaisar Yongle yang di kenal sebagai penganut Konghucu dengan mengeluarkan biaya kerajaan yang cukup besar untuk ekspedisi Chengho seharusnya memperluas kekuasaan dengan menyebarkan agama Konghuchu.
Masjid Beijing Jinshifang ini dibangun pada masa Dinasti Ming
Di masa pemerintah Kaisar Yongle ini Dinasty Ming mencapai kekuasaan dalam perdagangan. Para penguasa lokal di Luzon dikonfirmasi oleh Pemerintah Pusat. Negara di Luzon, Sulu, Sumatera, dan Brunei mengirim upeti kepada Kaisar Yongle.
Saat itu salah satu wilayah Sumatera. bekas Sriwijaya, yaitu Palembang di pimpin oleh Arya Damar atau Swan Liong peranakan Tiong Hoa Muslim.
Bahkan pengangkatan Cheng Ho yang muslim sebagai Panglima Armada Luat cukup membuat tanda tanya besar tentang rahasia Kaisar Dynasty Ming periode awal, dari Kaisar Zhu Yuanzhang (朱元璋) sampai periode Kaisar Yongle.( 永乐,).
Secara Politik, Jabatan sebagai Panglima Armada Laut cukup Startegis, baik dari segi Perdagangan maupun Penyebaran Ajaran,
Persaingan politik untuk menduduki kursi Panglima Armada Laut tidak bisa di pandang mudah dan menjabat sebagai Panglima perlu dukungan banyak pihak, lalu kenapa bukan Bangsa Han sebagai Panglima Armada Laut…?
Negara yang besar selalu di dukung oleh partai (Suku) yang besar atau partai koalisi, Setelah menghancurkan Mongol maka sangat penting bagi Dinasty Ming memiliki Penyangga yang Kuat.
Dalam situasi ini kesamaan ideologi penguasa dan partai pendukung sangat penting. Paling tidak, jika ada perbedaan ideologi atau agama antara penguasa dan partai pendukung setidaknya memiliki visi dan misi yang sama.
Berdasarkan Naskah yang ditemukan pada l972, yang ditulis oleh Pangeran Arya Cirebon pada 1720. Dalam naskah itu Pangeran Arya mendasarkan penulisannya pada Pustaka Negara Kertabumi. Kumpulan Pustaka Wangsa Kerta yang ditulis pada 1677-1698.
Naskah tersebut dianggap paling dekat dengan masa hidup Sunan Gunung Jati. di katakan, ” Yu Wang Lo, Kaisar dari negeri Cina pun penasaran dengan Syarif Hidayatullah“, Nama Kaisar dalam naskah tersebut di ucapkan dengan logat jawa kuno ” Yu Wang Lo“..apakah pengucapan nama tersebut identik dengan Kaisar Yong Le…???.
Dalam catatan sejarah yang resmi, Kaisar Yongle (永乐) mempunyai putra bernama Kaisar Hongxi (洪熙) alias Renzong (明仁宗), Kaisar ini memiliki nama asli Zhu Gaochi (朱高炽). Mungkin Kaisar Hongxi inilah yang di ucapkan dengan logat Nusantara menjadi “Hong Gie”.
Hongxi dilahirkan pada tahun 1378, Kaisar Hongxi naik tahta pada tahun 1424, dan mangkat pada tahun 1425. artinya ia menjabat sebagai Kaisar hanya sekitar 10 bulan.
Daftar resmi nama putri-putri Kaisar Hongxi beserta suaminya sebagai berikut: Putri Jiaxing (嘉兴公主) menikah dengan Jing Yuan (井源), Putri Qingdu (庆都公主) menikah dengan Jiao Jing (焦敬), Putri Qinghe (清河公主) menikah dengan Li Ming (李铭) , sedangkan Putri Zhending (真定公主) menikah dengan Wang Yi (王谊).
Selanjutnya tiga putri dari kaisar Hongxi tidak sempat menikah karena mereka meninggal di usia muda yaitu, Putri De’an (德安公主), Putri Yanping (延平公主), dan Putri Deqing (德庆公主).
Dalam catatan sejarah yang resmi, Kaisar Yongle (永乐) mempunyai cucu bernama Kaisar Chenghua (成化) alias Xianzong (明宪宗), Ia menjadi Kaisar Dinasty Ming antara tahun 1464 – 1487.
Daftar resmi nama putri-putri Kaisar Chenghua beserta suaminya sebagai berikut:Putri Renhe (仁和公主) menikah dengan Qi Shimei (齐世美), Putri Yongkang (永康公主) menikah dengan Cui Yuan (崔元), dan Putri Deqing (德清公主) menikah dengan Lin Yue (林岳)
Sedangkan putri keempat sampai yang terakhir dari kaisar Chenghua meninggal di usia muda, yaitu Putri Changtai (长泰公主) dan Putri Xianyou (仙游公主).
Salah satu teori mengatakan sejarah di tulis oleh penguasa, penguasa mempunyai otoritas untuk mengatur apa yang harus di tulis dan mana yang harus di hapus dalam catatan sejarah.
Semua tulisan baik yang berbetuk lembaran maupun buku akan segera di musnahkan jika di anggap tidak sejalan dengan visi pemerintah. bahkan saksi sejarah dan penulis nya pun cendrung akan ikut di hilangkan.
Kembali pada Putri Ong Tien yang sejarahnya lenyap entah kemana, Ada sebagian masyarakat yang menganggap cerita Putri Tien Nio ini fiktif belaka, bukan karena mereka tidak percaya, tapi lebih karena cerita ini berlatar belakang agama.
Memang nama panggilan Putri Tien Nio sangat aneh untuk nama seorang putri dari Kaisar Dinasti Ming yang bermarga Zhu. Apalagi nama Putri Tien Nio tidak tercatat dalam daftar resmi nama putri-putri Kaisar Dinasty Ming meski demikian masih ada kemungkinan ia adalah putri dari salah satu Kaisar Dinasty Ming.
Siapapun sebenarnya Putri Tan Hong Tien Nio dan Kaisar Hong Gie (Hongxi) atau Yu Wang Lo. Hal ini urusannya pakar sejarah. meski melacak kebenaran sejarah sang putri akan menemui jalan buntu.
Tapi yang jelas di makam Putri Ong Tien di Cirebon banyak warga keturunan Tionghoa dan warga muslim yang berziarah ke sana setiap tahunnya.
Selain itu, kebudayaan China pun diseleksi dan ikut menyatu dalam kehidupan masyarakat setempat. Maka jika berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon jangan heran disana banyak ornamen cina dan nuansa cina lainnya.
Sebelum Dinasti Ming berdiri, banyak pejabat tinggi muslim asal Arab dan Asia Tengah yang duduk di pemerintahan Dinasti Yuan, antara lain Sai-Dian-Chi /Sayidina Syamsuddin (1211-1279) gubernur provinsi Yunnan pertama dalam sejarah, yang ditunjuk oleh kaisar Kubilai Khan, Dinasti Yuan.
Saat itu banyak muslim asal Arab dan Asia Tengah yang tertawan dan dibawa ke Cina oleh pasukan Mongol. Kemudian Anak-cucu Jenghis Khan memerintah Cina dan mendirikan Dinasti Yuan (Guan). Pada zaman Dinasti Yuan, Orang-orang Muslim dari Asia Tengah ini menduduki posisi dan jabatan penting dalam pemerintahan.
Beijing Dongsi masjid
Beijing Dongsi masjid di bangun antara pada masa Dinasti Yuan atau Dinasti Ming
Kemudian bangsa Han berkoalisi dengan orang muslim melakukan pemberontakan terhadap Dinasti Yuan lalu mendirikan Dinasti Ming dengan mengangkat Zhu Yuanzhang sebagai Kaisar pertama. Zhu Yuanzhang (1328-1398) bukanlah seorang bangsawan. ia berasal dari kalangan rakyat biasa.
Di masa Dinasti Ming ini, Laksamana Cheng ho yang merupakan keturunan ke-6 dari Sai-Dian-Chi/ Sayidina Syamsuddin di angkat menjadi Komandan Armada laut, Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa “Cakra Donya” kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.
Laksamana Cheng ho membawa beberapa orang muslim lainnya dalam pelayarannya, di antaranya: Ma Huan dan Guo Chongli, yang pandai berbahasa Arab dan Persia, Cheng ho memainkan peranan penting dalam mempererat hubungan antara Tiongkok dengan negara-negara Asia-Afrika. Termasuk jawa, Sumatera dan Bali.
Tahun 1407, Armada Laut Laksama Cheng Ho merebut Palembang lalu di wilayah ini di bentuk komunitas Tiong Hoa Muslim pertama di wilayah Sumatera. kemudian Tahun 1413, Cheng Ho menempatkan Bong Tak Keng di Champa dan Gang Eng Cu di Manila, Filiphina, untuk memimpin Komunitas Muslim Tionghoa.

Dalam pelayaran menuju Majapahit, Armada Cheng Ho singgah di Pura, Karawang. Ketika berlabuh di Pura Karawang ini Syekh Quro dan putranya yang bernama Syekh Bentong alias Tan Go Wat turun dan menetap di karawang. sedangkan Syekh Datuk Kahfi menetap di Cirebon. Kedua tokoh ini yang mengajarkan Islam pertama kali di Jawa Barat.
Kisah Putri Ong Tien bermula dari kunjungan Syarif Hidayatullah ke negeri Tiongkok Pada tahun 1471. Kunjungan nya ke Negeri Tiongkok ini terjadi berkat hubungan Diplomasi yang sudah di bangun oleh Laksamana Cheng Ho. dan Penguasa Caruban sebelum berdirinya kesultanan Cirebon,
Selain itu Kunjungan Syarif Hidayatullah ke negeri Tiongkok merupakan upaya memper erat hubungan muslim Cirebon dengan komunitas muslim di Guangzhou keturunan Saad bin Abi Waqqash dan tiga sahabatnya dan Komunitas muslim Suku Hui di Yunnan.
Masjid Huaisheng
Masjid Huaisheng adalah salah satu masjid yang tertua di dunia, diyakini telah dibangun oleh Paman Nabi Sa`ad bin Abi Waqqas sekitar 650 M
Di Tiongkok Syarif menetap sementara lama di salah satu ibu kota Negara bagian yang bertetangga dengan Ibu kota Peking (Beijing sekarang) . Di Guangzhou Islam sudah mulai berkembang dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqash saat berkunjung untuk pertama kalinya ke China pada tahun 616 M.
Pada tahun 650 M, Saad bin Abi Waqqash kembali berkunjung ke China untuk kedua kalinya, dengan berlayar melalui Samudera Hindia ke Laut China menuju pelabuhan laut di Guangzhou, kemudian paman nabi ini menetap di Guangzhou dan mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di China.
Masjid Guangzhou Xianxia
Masjid Guangzhou Xianxian dibangun pada Dinasti Tang
Guangzhou terletak di daerah bagian selatan Tiongkok, dijuluki sebagai “gerbang selatan Tiongkok”, orang Islam di Tiongkok di sebut sebagai orang Saracen, sedangkan Islam di sebut sebagai Yisilan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu ( Kota Kelahiran Utusan Tuhan).
Di kota Guangzhou inilah Syarif Hidayatullah menetap, satu-satunya tempat komunitas muslim Tionghoa yang telah membangun Masjid Huaisheng bersama Saad bin Abi Waqqash delegasi Khalifah Usman bin Affan (644-656M)yang membawa hadiah dan diterima dengan baik oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683)
Selang beberapa lama Di kota Guangzhou, Sunan Gunung Jati dapat kehormatan menghadap Kaisar Hong Gie, Putra Mahkota Kaisar Yung Lo dari Dinasti Ming. Di istana Kaisar Hong Gie, Syarif Hidayatullah bertemu dengan Putri Ong Tien .
Pertemuan pertama ini membuat putra Syekh Jamaluddin Akbar ini akrab dengan Putri Kaisar Hong Gie. Keakraban yang berlangsung lama, memberikan mereka perasaan yang berbeda. Cinta lalu tumbuh bersemi namun hubungan asmara ini tidak di restui Kaisar Hong Gie.
Untuk mencegah hubungan ini berlanjut ke jenjang pernikahan, Kaisar Hong Gie mendeportasi Syarif Hidayatullah ke luar dari negeri Tiongkok, Lalu Pendiri kesultanan Cirebon ini menetap di salah satu tempat di kota kelahiran Laksamana Cheng Ho, di Yunnan.
Yunnan adalah sebuah provinsi tempat tinggal suku-suku minoritas Tiongkok, Etnis minoritas Tionghoa pemeluk agama Islam, seperti Bangsa Hui terkonsentrasi dan berdomisili di Yunnan,
Suku Hui sendiri adalah hasil asimilasi dan merupakan keturunan dari suku Han dengan bangsa Persia dan Arab sejak zaman Dinasti Tang. Sekitar abad ke-7,
Para pedagang Persia dan Arab yang datang melalui Jalan Sutra, biasanya menetap di Chang’an dan sekitarnya, Sedangkan yang datang melalui jalan laut menetap di daerah Quanzhou dan Zhangzhou di pesisir Fujian.
Para penduduk Muslim pendatang tersebut akhirnya berhasil mengasimilasikan diri dengan bangsa Han dan mengadaptasi adat istiadat dan kebudayaan setempat. Mereka inilah yang kemudian menurunkan suku Hui.
Ketika berbagai pemberontakan terhadap kekuasaan Dinasti Yuan meletus, banyak di antara orang-orang yang berperan penting di dalam pemberontakan merupakan orang-orang Islam. Puncak perlawanan kepada Dinasti Yuan terjadi di tahun 1368, saat jatuhnya kekuasaan Dinasti Yuan.
Setelah menetap tidak begitu lama bersama komunitas muslim di Yunan kemudian Syarif Hidayatullah, kembali ke Cirebon.
Menurut Legenda, Kaisar mengundang Syech Syarief Hidayatullah datang ke istana. Ulama kelahiran mesir itu diminta untuk menebak apakah Putri Tan Hong Tien Nio hamil atau tidak. padahal perut sang putri sengaja diisi tempat beras agar kelihatan hamil.
Sebelumnya, Kaisar menyuruh Putri Tan Hong Tien Nio, mengganjal perutnya dengan baskom, sehingga tampak seperti hamil, kemudian duduk berdampingan dengan saudarinya yang memang sedang hamil tiga bulan. Syarif Hidayatullah menunjuk Putri Tan Hong Tien Nio.
Dengan menunjuk Putri Lie Ong yang hamil tebakan Syech di nyatakan salah. Syech Syarief ditertawakan oleh para pembesar kerajaan Tiongkok. sebab kehamilannya itu sengaja di rekayasa oleh Istana dengan melilitkan bokor di perutnya untuk mengujinya. Namun, ternyata secara ajaib Putri Tan Hong Tien Nio benar-benar hamil, sedangkan kandungan saudarinya justru lenyap.
Kembali kepada kisah Cinta Putri Tan Hong Tien Nio pada Ulama kebangsaan Mesir yang bergelar Maulana Isnanul Kamil ini,
Semula Kaisar tidak merestui putrinya menikah dengan orang asing namun kemudian Putri Ong Tien direstui oleh Kaisar Hong Gie, dengan restu Kaisar, sang putri beserta rombongan kerajaan menyusul Syarif Hidayatullah.
Putri Tan Hong Tien Nio berlayar menempuh perjalanan laut melintasi Laut Cina Selatan dan Laut Jawa dengan menumpangi kapal layar kerajaan China menuju Cirebon,.
Kaisar Hong Gie mengutus tiga orang pembesar kerajaan untuk menemani perjalanan putrinya. Tiga orang tersebut adalah Pai Li Bang, Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai Li Bang adalah seorang menteri kerajaan DInasty Ming dan sekaligus murid Syarif Hidayatullah.
Dalam pelayaran, rombongan Putri Ong Tien dan Pai Li Bang singgah di Kadipaten Sriwijaya. Penduduk Sriwijaya, Komunitas muslim Tionghoa yang sebelumnya di bentuk oleh Cheng Ho mengangkat Pai Li Bang, untuk menjabat sebagai Adipati Sriwijaya pengganti Adipati Arya Damar. Karena AryaDamar alias Swan Liong (Naga Berlian) telah meninggal.
Setelah penobatan Adipati Pai Li Bang itu Kadipaten Sriwijaya di kenal dengan nama Kadipaten Pai Li Bang. Dalam perkembangannya lama kelamaan pengucapan nama Kadipaten Pai Li Bang berubah menjadi Kadipaten Palembang.
Dalam kisah pencariani Putri Lie Ong Tien sempat pula masuk pelabuhan Cimanuk Indramayu. hingga masuk ke pelabuhan Blanakan untuk membeli bahan makanan, sebelum akhirnya kapal layar sang putri merapat di pelabuhan Cirebon
Saat mendarat di Cirebon, rombongan kerajaan pengiring Putri Lie Ong Tien membawa serta berbagai barang berharga dari kerajaan Tiongkok. Kong-kong, piring-piring panjang, keramik, guci, tembikar, pakaian sutra, permata, piring dan perhiasan emas.
Putri Ong Tien , yang hatinya telah diliputi perasaan cinta langsung berlari kegirangan dan tanpa di sadari olehnya, kalung yang dipakainya tersangkut dahan hingga terjatuh diantara timbunan pasir laut di daerah pesisir Pasir Ipis, daerah Ciledug.
Menurut Legenda, kalung yang dipakai Putri Tan Hong Tien Nio ini berbentuk rantai tipis yang terbuat dari emas putih dengan dihiasi berlian ungu dan ditengahnya terdapat batu mulia besar yang sangat indah dipandang mata.
Batu mulia besar indah yang dipakai Putri Tan Hong Tien Nio merupakan batu mata kucing hijau dengan serabut urat air yang sangat lembut. Batu itu adalah Batu kemilau dengan struktur seberat 39 crat, berwarna hijau crystal dan bercahaya emas memanjang menjadikan batu ini terindah di dunia sampai saat ini.
Pernikahan antara Putri Tan Hong Tien Nio dengan Syarif Hidayatullah terjadi pada tahun 1481, Setelah pernikan ini Putri Kaisar Hong Gie mendapat gelar Rara Sumanding dan menjadi seorang muslim. tak lama kemudian pada tahun 1485 Putri Tan Hong Tien Nio meninggal dunia.
Keberadaan Putri Ong Tien ini bisa dibuktikan dengan adanya makam bergaya China yang ada di dekat makam Sunan Gunung Jati di Cirebon. Namun, Keberadaan Putri Tan Hong Tien Nio (1481-1485) sebagai putri Kaisar Hong Gie tidak tercatat dalam sejarah resmi Dinasti Ming.
Catatan sejarah mengenai Putri Tan Hong Tien Nio cukup minim. Apalagi dari sumber China belum di temukan catatan tentang Putri Tan Hong Tien Nio. Mungkin Kaisar Hong Gie yang di maksud dalam legenda Nusantara ini adalah Kaisar Chenghua (成化, 1447-1487) atau Kaisar Hongzhi (1487 -1505)
Sebelumnya, periode ke 3 Dinasty Ming di Perintah oleh Kaisar Yongle tahun 1402-1424. Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle, Ada catatan bahwa Kaisar Yongle membangun dua masjid di Nanjing dan di Xi’an dan kedua masjid ini masih berdiri kokoh sampai saat ini.
Masjid Huashi dibangun pada tahun 1415 pada masa pemerintahan Kaisar Yongle dari Dinasti Ming
Selain itu Kaisar Yongle juga yang mensponsori dan membiayai besar-besaran Ekspedisi Laksaman Cheng Ho. untuk memenuhi ambisi kekuasaannya memperluas pengaruh Dinasti Ming di seluruh dunia.
Tapi di sini ada yang aneh, Kenapa Dinasty Ming dengan ekspsedisi Laksaman Cheng Ho ini malah menyebarkan agama Islam..?
Dalam tradisi Imprealisme, biasanya Pemimpin yang berkuasa cendrung akan memasukkan ideologi atau agamanya ke negeri-negeri yang di kuasainya,
Kaisar Yongle yang di kenal sebagai penganut Konghucu dengan mengeluarkan biaya kerajaan yang cukup besar untuk ekspedisi Chengho seharusnya memperluas kekuasaan dengan menyebarkan agama Konghuchu.
Masjid Beijing Jinshifang ini dibangun pada masa Dinasti Ming
Di masa pemerintah Kaisar Yongle ini Dinasty Ming mencapai kekuasaan dalam perdagangan. Para penguasa lokal di Luzon dikonfirmasi oleh Pemerintah Pusat. Negara di Luzon, Sulu, Sumatera, dan Brunei mengirim upeti kepada Kaisar Yongle.
Saat itu salah satu wilayah Sumatera. bekas Sriwijaya, yaitu Palembang di pimpin oleh Arya Damar atau Swan Liong peranakan Tiong Hoa Muslim.
Bahkan pengangkatan Cheng Ho yang muslim sebagai Panglima Armada Luat cukup membuat tanda tanya besar tentang rahasia Kaisar Dynasty Ming periode awal, dari Kaisar Zhu Yuanzhang (朱元璋) sampai periode Kaisar Yongle.( 永乐,).
Secara Politik, Jabatan sebagai Panglima Armada Laut cukup Startegis, baik dari segi Perdagangan maupun Penyebaran Ajaran,
Persaingan politik untuk menduduki kursi Panglima Armada Laut tidak bisa di pandang mudah dan menjabat sebagai Panglima perlu dukungan banyak pihak, lalu kenapa bukan Bangsa Han sebagai Panglima Armada Laut…?
Negara yang besar selalu di dukung oleh partai (Suku) yang besar atau partai koalisi, Setelah menghancurkan Mongol maka sangat penting bagi Dinasty Ming memiliki Penyangga yang Kuat.
Dalam situasi ini kesamaan ideologi penguasa dan partai pendukung sangat penting. Paling tidak, jika ada perbedaan ideologi atau agama antara penguasa dan partai pendukung setidaknya memiliki visi dan misi yang sama.
Berdasarkan Naskah yang ditemukan pada l972, yang ditulis oleh Pangeran Arya Cirebon pada 1720. Dalam naskah itu Pangeran Arya mendasarkan penulisannya pada Pustaka Negara Kertabumi. Kumpulan Pustaka Wangsa Kerta yang ditulis pada 1677-1698.
Naskah tersebut dianggap paling dekat dengan masa hidup Sunan Gunung Jati. di katakan, ” Yu Wang Lo, Kaisar dari negeri Cina pun penasaran dengan Syarif Hidayatullah“, Nama Kaisar dalam naskah tersebut di ucapkan dengan logat jawa kuno ” Yu Wang Lo“..apakah pengucapan nama tersebut identik dengan Kaisar Yong Le…???.
Dalam catatan sejarah yang resmi, Kaisar Yongle (永乐) mempunyai putra bernama Kaisar Hongxi (洪熙) alias Renzong (明仁宗), Kaisar ini memiliki nama asli Zhu Gaochi (朱高炽). Mungkin Kaisar Hongxi inilah yang di ucapkan dengan logat Nusantara menjadi “Hong Gie”.
Hongxi dilahirkan pada tahun 1378, Kaisar Hongxi naik tahta pada tahun 1424, dan mangkat pada tahun 1425. artinya ia menjabat sebagai Kaisar hanya sekitar 10 bulan.
Daftar resmi nama putri-putri Kaisar Hongxi beserta suaminya sebagai berikut: Putri Jiaxing (嘉兴公主) menikah dengan Jing Yuan (井源), Putri Qingdu (庆都公主) menikah dengan Jiao Jing (焦敬), Putri Qinghe (清河公主) menikah dengan Li Ming (李铭) , sedangkan Putri Zhending (真定公主) menikah dengan Wang Yi (王谊).
Selanjutnya tiga putri dari kaisar Hongxi tidak sempat menikah karena mereka meninggal di usia muda yaitu, Putri De’an (德安公主), Putri Yanping (延平公主), dan Putri Deqing (德庆公主).
Dalam catatan sejarah yang resmi, Kaisar Yongle (永乐) mempunyai cucu bernama Kaisar Chenghua (成化) alias Xianzong (明宪宗), Ia menjadi Kaisar Dinasty Ming antara tahun 1464 – 1487.
Daftar resmi nama putri-putri Kaisar Chenghua beserta suaminya sebagai berikut:Putri Renhe (仁和公主) menikah dengan Qi Shimei (齐世美), Putri Yongkang (永康公主) menikah dengan Cui Yuan (崔元), dan Putri Deqing (德清公主) menikah dengan Lin Yue (林岳)
Sedangkan putri keempat sampai yang terakhir dari kaisar Chenghua meninggal di usia muda, yaitu Putri Changtai (长泰公主) dan Putri Xianyou (仙游公主).
Salah satu teori mengatakan sejarah di tulis oleh penguasa, penguasa mempunyai otoritas untuk mengatur apa yang harus di tulis dan mana yang harus di hapus dalam catatan sejarah.
Semua tulisan baik yang berbetuk lembaran maupun buku akan segera di musnahkan jika di anggap tidak sejalan dengan visi pemerintah. bahkan saksi sejarah dan penulis nya pun cendrung akan ikut di hilangkan.
Kembali pada Putri Ong Tien yang sejarahnya lenyap entah kemana, Ada sebagian masyarakat yang menganggap cerita Putri Tien Nio ini fiktif belaka, bukan karena mereka tidak percaya, tapi lebih karena cerita ini berlatar belakang agama.
Memang nama panggilan Putri Tien Nio sangat aneh untuk nama seorang putri dari Kaisar Dinasti Ming yang bermarga Zhu. Apalagi nama Putri Tien Nio tidak tercatat dalam daftar resmi nama putri-putri Kaisar Dinasty Ming meski demikian masih ada kemungkinan ia adalah putri dari salah satu Kaisar Dinasty Ming.
Siapapun sebenarnya Putri Tan Hong Tien Nio dan Kaisar Hong Gie (Hongxi) atau Yu Wang Lo. Hal ini urusannya pakar sejarah. meski melacak kebenaran sejarah sang putri akan menemui jalan buntu.
Tapi yang jelas di makam Putri Ong Tien di Cirebon banyak warga keturunan Tionghoa dan warga muslim yang berziarah ke sana setiap tahunnya.
Selain itu, kebudayaan China pun diseleksi dan ikut menyatu dalam kehidupan masyarakat setempat. Maka jika berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon jangan heran disana banyak ornamen cina dan nuansa cina lainnya.
Legenda Putri Tan Hong Tien Nio
Reviewed by Pondokbaca.com
on
05:29
Rating:

Tidak ada komentar: